Senin, 08 Juli 2013

Suku Biak

SUKU BIAK, PAPUA

Suku Biak merupakan salah satu kelompok masyarakat Papua yang hidup dan tinggal di kabupaten Biak Numfor. Dalam kesehariannya, suku Biak menggunakan Bahasa Indonesia dengan banyak dialek yang tersebar di 19 wilayah. Adapun dialek yang digunakan, yaitu Ariom, Bo’o, Dwar, Fairi, Jenures, Korim, Mandusir, Mofu, Opif, Padoa, Penasifu, Samberi, Sampori (Mokmer), Sor, Sorendidori, Sundei, Wari, Wadibu, Sorido, Bosnik, Korido, Warsa, Wardo, Kamer, Mapia, Mios Num, Rumberpon, Monoarfu, dan Vogelkop.

Namun, secara prinsip dialek-dialek yang berbeda itu tidak menghalangi mereka untuk saling mengerti satu sama yang lain. Di Kepulauan Biak-Numfor sendiri terdapat sepuluh dialek sedangkan di daerah-daerah migrasi atau perantauan terdapat tiga dialek.

Nama Biak  berasal dari kata v`iak. Mulanya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut mengandung pengertian orang-orang yang tinggal di dalam hutan`,`orang-orang yang tidak pandai kelautan`, seperti misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain.

Nama tersebut diberikan oleh penduduk pesisir pulau-pulau itu yang memang mempunyai kemahiran tinggi dalam hal-hal kelautan. Sungguhpun nama tersebut pada mulanya mengandung pengertian menghina golongan penduduk tertentu, nama itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama resmi untuk penduduk dan daerah tersebut. Lalu huruf “V” dibaca “B”, sehingga menjadi Biak.

Pendapat lain berasal dari keterangan ceritera lisan rakyat berupa mite, yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam yang meninggalkan Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga klen Mandowen. Menurut mite itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat meninggalkan Pulau Warmambo (nama asli Pulau Biak) untuk menetap di suatu tempat yang letaknya jauh, sehingga Pulau Warmambo hilang dari pandangan mata. Mereka pun berangkat, tetapi setiap kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo nampak di atas permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau `v`iak`, artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian dipakai oleh mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo, hingga sekarang nama itulah yang tetap dipakai.

Adapun sejarah suku Biak menurut mite, moyang orang Biak berasal dari satu daerah yang terletak di sebelah timur, tempat matahari terbit. Moyang pertama datang ke daerah kepulauan ini dengan menggunakan perahu. Ada beberapa versi ceritera kedatangan moyang pertama itu. Salah satu versi mite itu menceriterakan, bahwa moyang pertama dari orang Biak terdiri dari sepasang suami istri yang dihanyutkan oleh air bah di atas sebuah perahu.

Ketika air surut kembali terdampar di atas satu bukit yang kemudian diberi nama oleh kedua pasang suami istri itu Sarwambo. Bukit tersebut terdapat di bagian timur laut Pulau Biak (di sebelah selatan kampung Korem sekarang). Dari bukit sarwambo, moyang pertam itu bersama anak-anaknya berpindah ke tepi Sungai Korem dan dari tempat terakhir inilah mereka berkembang biak memenuhi seluruh Kepulauan Biak-Numfor.

Daerah penyebaran suku Biak saat ini sangatlah luas, meliputi pulau Biak, Supiori, Numfor, Padaido, Rani, Insumbabi, Meosbefandi, Ayau, Mapia, Doreri, Manokwari, Ransiki, Oransbari, Nuni, Pantai Utara kepla burung hingga ke Sorong, dan pulau – pulau Raja Ampat.

Orang Biak sejak dulu menyembah dewa persatuan dan pujaan mereka yaitu ’Manseren Koreri’ yang disebut ’manarmakeri’. Manamakeri artinya suatu nama dimana panggilan penghinaan untuk orang tua yang berkudis, kadas, borok, dan kotor yang menyebabkan banyak orang jijik kepadanya. Nama asli Manamakeri ialah yawi nusyado. Manamakeri selalu membuat tanda-tanda ajaib yaitu dapat menggantikan kulitnya yang berkudis, kadas, dan borok itu menjadi makanan dan harta kekayaan yang berlimpah ruah, ia dapat dipuja sebagai juru selamat.

Secara kekerabatan, Suku Biak memiliki kelompok kekerabatan berdasarkan marga atau disebut keret (famili). Sistem kekerabatannya luas berdasarkan pertalian darah. Berlaku adat menetap (virilokal).

Adapun pengetahuan yang dimiliki Suku Biak, yaitu mengetahui jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan sakit penyakit atau luka bakar, luka sayatan, maupun dapat digunakan untuk membunuh ikan, dalam jumlah sedikit. Jenis tumbuhan yang digunakan untuk membunuh ikan seperti Akar Tuba.

Mata pencaharian suku Biak adalah nelayan (melaut) dan bertani (meramu). Mereka menangkap ikan dengan menggunakan  jaring inanai dan arsam untuk menangkap ikan terbang dan juga ikan hiu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan perahu yang disebut dengan waipapa. Suku Biak juga meramu atau berburu binatang hutan sebagai makanannya seperti berburu babi, kuskus, tikus tanah, dan ular pohon. Dapat pula mengambil jenis sayur-sayuran yang ada di hutan sebagai makanannya.

Adapun kesenian yang dimiliki suku Biak salah satunya adalah Tarian Yospan. Tarian ini merupakan tarian rakyat yang biasa dilakukan dalam kegiatan-kegiatan acara adat maupun peringatan hari-hari besar. Dan berkelompok dan memiliki irama dan ritme dilakukan secara riang, sangat unik dan menarik.

Selain tarian, suku Biak sering kali mengadaka upacara adat. Beberapa upacara tradisional suku Biak antara lain Upacara Gunting Rambut/cukur (Wor Kapapnik), Upacara Memberi atau mengenakan Pakaian (Wor Famarmar), Upacara Perkawinan (Wor Yakyaker Farbakbuk), dan lain-lain. Seluruh upacara diiringi dengan lagu dan tari bahkan merupakan sumbangan atau pendewaan kepada roh-roh para leluhur.

Sumber:
http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1115/suku-biak

Keindahan Bawah Laut Kepulauan Padaido ( Biak, Papua )

BIAK - Padaido adalah sebuah kepulauan yang terdiri dari 30 pulau kecil, dan terletak di sepanjang sisi tenggara Pulau Biak, Papua. Dahulu kepulauan ini bernama Kepulauan Schouter, berasal dari nama pemimpin rombongan pelaut Belanda yang pertama kali menemukan kepulauan itu pada 1602, William Schouter.

Berbicara tentang makna, Padaido berasal dari bahasa setempat yang berarti keindahan yang tak dapat diungkapkan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Biodiversity Conservation Network (BCN), Kepulauan Padaido merupakan salah satu tempat, yang memiliki keragaman hayati ekosistem koral terbesar di dunia. 

Karang di kepulauan ini menyimpan 95 spesies koral, dan 155 spesies ikan, seperti berbagai jenis hiu karang dan gurita serta berbagai kekayaan maritim lainnya.

Kepulauan Padaido merupakan gugusan pulau-pulau karang dengan 30 pulau, yang berada di Samudera Pasifik pada sisi sebelah timur Pulau Biak. Gugusan pulau-pulau tersebut memiliki keindahan pantai dan berbagai jenis habitat seperti atol, karang tepi, dan goa-goa bawah laut (Pemda Biak, 2005). Kepulauan Padaido memiliki luas terumbu karang untuk reef flat sekitar 9.252,1 ha2 dan deep reef 328,2 ha.

Beberapa penyelam internasional berpendapat bahwa kawasan pantai Padaido, merupakan salah satu kawasan yang memiliki terumbu karang yang paling spektakuler di dunia.  Maka dari itu, taman laut ini sangat cocok untuk petualangan menyelam dan snorkeling.  Hanya membutuhkan waktu 1 jam dari pelabuhan Bosnik untuk mencapai kepulauan Padaido dengan menggunakan motor boat, dan sekitar 3-4 jam menggunakan kano dayung. Pulau ini menawarkan berbagai daya tarik, gua bawah laut, dan terowongan untuk dijelajahi.

Kepulauan Padaido adalah surga bagi anda yang suka diving atau snorkeling. Kepulauan Padaido memiliki taman laut yang luar biasa indah, dan berkelas dunia. Pulau yang paling favorit diantaranya adalah pulau Ureb dan Mansurbabo. Pantai disana memiki pasir yang seputih kapas dan air yang jernih sehingga sinar matahari menembus ke dasar laut dan kita dapat melihat biota laut dari daratan. 
Selain memiliki keragaman hayati ekosistem koral terbesar di dunia, hal lain yang menarik  para divers, untuk tidak melewatkan menyelam di kepulauan Padaido adalah gua bawah lautnya yang menantang untuk dijelajahi. 

Selain itu dibawah laut kepulauan Padaido terdapat bangkai-bangkai kapal laut, pesawat terbang, dan tank yang karam. Besi-besi tua itu kni menjadi tempat hidup terumbu karang yang menjadi tumpuan seluruh kehidupan laut.

Kawasan wisata bahari ini sangat ideal untuk kegiatan selam, wisata cruise. Program pengembangan wisata bahari di kepulauan padaido ini, antara lain diversifikasi kegiatan nelayan dengan pengembangan wisata memancing menggunakan perahu tradisional nelayan, paket wisata selam di daerah kapal tenggelam sebagai alternatif kegiatan selam, serta pengembangan cruise regional dengan menggunakan kapal phinisi dan sea plane untuk menjangkau pulau-pulau kecil.

Untuk mencapai Kepulauan Padaido ini, anda dapat menggunakan Speed Boat dari pelabuhan Bosnik selama kurang lebih satu jam, atau perahu nelayan dengan waktu 3 hingga 4 jam perjalanan. Selain itu anda bisa menggunakan pesawat terbang dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Terdapat maskapai penerbangan yang menyediakan perjalanan langsung dari Jakarta menuju Pulau Biak, dalam rangka meningkatkan potensi wisata bahari dan lokasi sejarah di kabupaten Biak Numfor, Papua.

Sumber:
http://cloud.papua.go.id/id/pariwisata/alam/Pages/Keindahan-Bawah-Laut-Kepulauan-Padaido-(-Biak,-Papua-)-.aspx